Perempuan Andal Di Era Digital
Sumber Gambar :Oleh : Dwi Iceu HM, S.I.Kom., M.AP
Dua Puluh Satu April, tanggal yang senantiasa diperingati sebagai hari Kartini oleh perempuan di seluruh Indonesia, hari dimana para perempuan Indonesia meng-ekspresikan dirinya sebagai perempuan yang setara dengan lawan jenisnya. Perkembangan zaman yang semakin dinamis semakin menunjukan bahwa keberadaan perempuan sangat berperan baik dalam kehidupan bernegara, berbangsa maupun berumah tangga. Hadirnya revolusi industri 4.0 (era digtialisasi) telah menjadikan perempuan terbiasa dengan digitalisasi melalui kemauan dan semangat yang kuat untuk melek teknologi informasi. Setahun sudah pandemi Covid-19 menimpa negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Kehadiran masa pandemi Covid-19 yang telah mengubah hal-hal yang biasa menjadi luar biasa, mengubah cara pandang dari normal ke digital artinya telah banyak aktivitas yang telah dilakukan secara digital di masa pandemi Covid-19, antara lain : sekolah daring (via zoom meeting), bekerja daring, belajar daring, olahraga daring, rapat daring dan aktivitas lainnya yang digelar secara daring. Hal tersebut tentunya menjadikan tantangan bagi perempuan di seluruh Indonesia. Tantangan digital yang semakin terasa di masa pandemi Covid-19, walaupun sebelum terjadi pandemi covid-19 beberapa aktivitas pun sudah dilaksanakan secara daring namun tidak sering.
Tantangan perempuan di era digital bukan hanya dihadapi pada masa pandemi Covid-19, namun pada masa sebelum pandemi. Kehadiran digitalisasi menjadikan perempuan semakin andal dalam segala hal. Tidak sedikit perempuan di Indonesia yang melakukan aktivitas dengan memanfaatkan digital seperti jualan online (pakaian, kuliner, kosmetik, cinderamata, aksesoris, produk kesehatan, peralatan rumah tangga dan sebagainya), ojek online, tutorial kecantikan dan memasak melalui kanal youtube, bahkan menjadi admin sebuah website. Namun di masa pandemi seperti saat ini, tantangan tersebut semakin terasa dan nyata, seperti belajar daring, sekolah daring, rapat daring, olahraga daring, seminar daring. Tidak sedikit perempuan yang menyandang status sebagai seorang ibu dengan anak yang masih sekolah turut membimbing anaknya untuk belajar daring melalui aplikasi yang telah di sediakan oleh pihak sekolah. Hal tersebut tentunya menjadi tugas tambahan seorang Ibu (perempuan) dalam mendampingi anak-anaknya menjalani rutinitas belajar daring demi sebuah kesuksesan untuk masa depan. Dalam hal ini, tentunya perempuan (ibu) sangat berperan penting bagi perkembangan pencapaian belajar anak-anaknya, namun tidak sedikit kendala yang dihadapi mulai dari menyesuaikan diri terhadap suatu aplikasi untuk dapat difahami dan dijalani, namun kecerdasan perempuan dalam hal teknologi informasi telah terbukti di masa pandemi Covid-19 ini yaitu munculnya perempuan – perempuan yang andal di era digital.
Disisi lain, dalam hal pekerjaan, di masa pandemi seperti ini telah terbukti banyak perempuan yang melakukan pekerjaannya beralih menjadi serba digital atau bekerja secara daring seperti menjadi dosen, guru, pengajar secara daring, menjadi instruktur senam secara daring, memimpin rapat secara daring, mengajar kelas kecantikan secara daring, mengajar kursus memasak secara daring, mengaji secara daring, bahkan menyanyi pun secara daring dan masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan secara daring mungkin arisan daring. Namun bagi perempuan yang andal, era digital ataupun non digital tetap dapat melalukan aktivitas secara professional (selesai tepat waktu, disiplin, bertanggung jawab).
Perempuan, diciptakan dari tulang rusuk pria, namun bukan berarti harus menjadi tulang punggung dalam kehidupan berumah tangga maupun kehidupan keluarga. Emansipasi wanita telah menunjukan arti dari keberadaan perempuan bagi bangsa, negara maupun rumah tangga, bahwa dari aspek pendidikan, jabatan, kedudukan dan kesuksesan, perempuan pun mempunyai hak atas semua itu. Zaman boleh berubah, begitupun dengan cara pandang dan pola fikir perempuan harus berubah yang penting tidak melanggar aturan yang berlaku baik secara hukum negara maupun hukum agama. Tidak sedikit perempuan di era digital menjadi pimpinan rapat secara daring, menjadi pengajar secara daring, menjadi pelatih secara daring, hal ini dikarenakan perempuan masa kini telah setara dengan lawan jenisnya baik secara pendidikan, jabatan, kedudukan. Sehingga kesuksesan yang diraih oleh perempuan di Indonesia pun menjadi kebanggaan bagi dirinya maupun keluarganya bahkan negaranya.
Seperti diketahui secara terminologi, digital berasal dari kata “digitus” dalam bahasa Yunani yang berarti “jari jemari”. Maka dapat penulis simpulkan bahwa digitalisasi merupakan aktivitas yang berhubungan atau yang dilakukan dengan menggunakan jari jemari melalui perangkat dunia maya (gawai/handphone, laptop dan sejenisnya) sehingga terdapat istilah “world in our hand”. Dengan adanya digitalisasi dunia terasa berada didalam genggaman, mendekatkan yang jauh serta memudahkan komunikasi dalam segala aktivitas. Saat ini, komunikasi dapat dilakukan melalui aplikasi, bahkan suatu pekerjaan pun dapat dilakukan hanya dalam sebuah genggaman yaitu gawai, kehadiran digitalisasi memang memudahkan aktivitas sehari-hari, walaupun kendala itu pasti ada namun dapat teratasi.
Digitalisasi merupakan kenyataan yang harus dihadapi, digitalisasi merupakan tantangan yang harus dinikmati, karena teknologi informasi semakin canggih, perkembangan zaman semakin dinamis, maka dari itu perempuan pun harus memiliki pola fikir dan cara pandang yang realistis, namun tetap kreatif dan produktif. Jika kembali mengingat perjuangan R.A Kartini dalam emansipasi wanita, maka Kartini – Kartini di masa pandemi yang terbukti sudah beradaptasi dengan teknologi informasi. Perempuan adalah mahluk yang andal karena sangat situasional termasuk bisa beradaptasi di era digital. Bagi seorang perempuan, tiada tantangan yang harus ditakuti, namun setiap tantangan harus dihadapi dan dinikmati. Tantangan digital hanyalah sebagian dari perjalanan peradaban dunia, namun tetap harus dihadapi demi segala hal yang dicintai. Mendampingi anak-anak belajar daring, sekolah daring itu pun merupakan pencapaian yang tinggi bagi perempuan, karena yang dibutuhkan untuk melek teknologi adalah kemauan dan semangat tidak selalu di ukur oleh latar belakang pendidikan teknologi informasi. Adanya kemauan dan semangat dari hati, itu sudah menjadi modal bagi perempuan Indonesia yang andal dalam menghadapi era digital.
Dalam rangka memperingati Hari Kartini yang setiap tahunnya diperingati setiap tanggal 21 April, penulis mengucapkan selamat hari Kartini kepada seluruh perempuan hebat di Indonesia. Tetap menjadi perempuan yang andal di segala kondisi yang situasional. Tuhan telah menganugerahi perempuan Indonesia melalui R.A Kartini dengan emansipasi wanitanya. Jika habis gelap terbitlah terang, maka habis pandemi tetaplah melek teknologi informasi. Karena era digital akan terus mengalami dinamika, tentunya semakin canggih. Maka dari itu, sudah seharusnya perempuan di Indonesia hebat dalam berpola fikir, hebat dalam cara pandang, menjadikan digital bukan suatu tantangan tapi perubahan era yang harus dihadapi, dinikmati dan dijalani. Mungkin di masa pandemi saat ini, perayaan hari Kartini sudah tidak bisa lagi digelar secara normal namun masih dapat digelar dengan memanfaatkan digital. Ijinkan penulis mengakhiri tulisan penulis dengan untaian kata “ Jika kamu bukan anak seorang raja maka jadilah seorang penulis”. Banyak hal yang dapat di ekspresikan oleh seluruh perempuan di Indonesia, baik melalui sebuah karya ataupun yang lainnya, termasuk menulis yang merupakan sebuah karya. Dengan menulis dapat menjadikan suatu produktifitas literasi digital, artinya dengan menulis pun, perempuan Indonesia dapat menantang era digital, artinya kita dapat mengubah suatu pola fikir dan cara pandang seseorang dengan melalui sebuah tulisan yang di publikasikan secara digital, karena tidak sedikit perempuan Indonesia menjadi penulis dan memanfaatkan kanal-kanal aplikasi menulis. Tantangan perempuan di era digital dapat diatasi oleh perempuan yang andal.